Selasa, 28 Juli 2009

Ibrahim as. merusak berhala

Karena seruannya untuk meninggalkan berhala sebagai sesembahannya dan ajakan untuk menyembah Allah tidak dianggap, maka Ibrahim as. akan menunjukkan pada mereka bahwa berhala-berhala itu sebenarnya tidak mampu berbuat apa apa, karenanya tidak patut untuk disembah maupun diagungkan.

Hal itu dibuktikan oleh Ibrahim as. ketika Raja Namrud berburu yang diikuti oleh seluruh penghuni kota dan pengikut-pengikutnya, Ibrahim as. tidak ikut berburu, ia tinggal sendirian di kota.

Setelah Raja Namrud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan kota, Ibrahim a.s. kemudian merusak dan memenggal kepala-kepala berhala sesembahan mereka dan dibiarkan satu berhala yang paling besar dan kapak yang dipakai untuk merusak berhala-berhala dikalungkan dilehernya.

Ketika Raja Namrud pulang dari berburu dan mengetahui semua berhala sembahannya rusak dan terpenggal kepalanya kecuali berhala yang paling besar, marahlah ia.

Atas laporan dan dugaan orang-orang Raja Namrud, yang sebelumnya selalu mendengar ejekan terhadap berhala-berhala sesembahannya dan seruan Ibrahim as. untuk meninggal kan kebiasaan menyembah berhala, maka Ibrahim as. ditangkap dan dibawa untuk dihadapkan kepada Raja Namrud.

Mereka bertanya kepada Ibrahim :
“ Apakah betul engkau yang melakukan perbuat an onar ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim ? “

Ibrahim menjawab :
“ Sebenarnya yang melakukannya ialah berhala-berhala yang paling besar. Tanyalah kepada berhala-berhala itu kalau mereka dapat berkata “. (Q. S. 21 – 63)

Atas jawaban demikian, sebagian dari mereka menemukan kesadaran jiwanya dan didalam dirinya, lalu mereka mengatakan kepada yang lain :

“ Sebenarnya kalian semua adalah orang-orang yang zalim “.

Kemudian mereka berkata seolah-olah mereka tahu : Sebenarnya kamu sudah tahu hai Ibrahim, bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berkata.

Ibrahim berkata :
Kalau begitu, mengapa kalian menyembah yg lain dari pada Allah, menggantungkan harap an kepada benda yang tidak mampu memberi manfaat sedikitpun, dan merasa takut kepada benda-benda yang tidak membahayakan apa-apa kepada kalian “. (Q. S. 21 – 66)

Ibrahim a.s. kemudian mengakui memang Ia yang merusak berhala-berhala tuhannya Raja Namrud dan orang-orangnya dengan tujuan memberi pengertian dan menyadarkan, bahwa berhala-berhala itu bukanlah Tuhan dan tidak dapat berbuat apa-apa ketika dirusak dan dipenggal kepalanya oleh Ibrahim as.

Karena itu ia tidak patut disembah, jangankan menolong orang yang menyembah sedangkan menolong dirinya sendiri saja tidak mampu.

Tuhan yang benar adalah Tuhan yang saya sembah yang telah menciptakan dunia beserta isinya dan Dia-lah Penguasa Alam semesta yang tiada duanya dan tiada terkalahkan oleh siapapun juga termasuk dengan kalian.

Atas jawaban Ibrahim as. tersebut murkalah Raja Namrud dan pengikut-pengikutnya, memerintahkan menghukum Ibrahim as. dengan hukuman mati dengan cara dibakar dilapangan terbuka, agar rakyat mengerti hukuman baginya yang telah menentang Raja dan tuhan mereka.

Allah melindungi Rasulnya, meskipun Ibrahim a.s. dibakar dengan api besar ditengah lapang an, tetapi Ibrahim a.s. tidak mati atau hangus terbakar oleh api dan bahkan kelihatan masih tetap segar seperti sediakala.

Karena iman Ibrahim as. kepada Allah sangat kuat, maka api bagi orang lain terasa panas, menjadi terasa dingin bagi Ibrahim as., oleh karena berkat lindungan Allah dan dengan ke kuasaanNyalah, Allah merubah rasa panas api, menjadi rasa dingin bagi Ibrahim as.